Persma Grahita - PBB menyampaikan, pembantaian sadis terhadap para petani di wilayah timur laut Nigeria menewaskan sedikitnya 110 orang. Jumlah korban bertambah dari sebelumnya yang dilaporkan 43 orang dan kemudian bertambah menjadi 70 orang.
Pembunuhan keji ini terjadi pada Sabtu sore di desa Koshobe dan komunitas pedesaan lainnya di wilayah pemerintah lokal Jere dekat Maiduguri, ibu kota negara bagian Borno yang dilanda konflik.
"Sekelompok pria bersenjata dengan sepeda motor memimpin serangan brutal terhadap warga sipil pria dan wanita yang sedang memanen hasil ladang mereka," jelas koordinator kemanusiaan PBB di Nigeria, Edward Kallon, dalam sebuah pernyataan pada Minggu.
Kallon juga mengatakan, beberapa perempuan juga diyakini telah diculik.
"Sedikitnya 110 warga sipil dibunuh dengan sadis dan banyak lainnya terluka dalam serangan ini," tambahnya, dikutip dari Aljazeera, Senin (30/11).
"Insiden itu adalah serangan langsung paling kejam terhadap warga sipil tak berdosa tahun ini. Saya menyerukan agar pelaku tindakan keji dan tidak masuk akal ini diseret ke pengadilan," tegasnya.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, tetapi kelompok bersenjata Boko Haram dan faksi sempalannya, Negara Islam di Provinsi Afrika Barat (ISWAP), telah melakukan serangkaian serangan mematikan di wilayah itu dalam beberapa tahun terakhir.
Kedua kelompok tersebut aktif di wilayah tersebut, di mana anggota mereka telah membunuh lebih dari 30.000 orang dalam dekade terakhir selama serangan bersenjata yang telah membuat sekitar 2 juta orang mengungsi dan melarikan diri ke negara-negara tetangga termasuk Niger, Chad dan Kamerun.
Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari berjanji untuk memperbaiki krisis keamanan, mengecam pembantaian terbaru tersebut.
"Saya mengutuk pembunuhan para petani pekerja keras kami oleh teroris di negara bagian Borno. Seluruh negeri terluka oleh pembunuhan yang tidak masuk akal ini," jelas Buhari melalui juru bicaranya.
Analis keamanan, Sulaiman Aledeh mengatakan banyak orang di negara itu semakin frustrasi dengan ketidakmampuan pihak berwenang untuk mengatasi konflik tersebut.
"Jika Anda pernah melihat (apa yang terjadi pada) Niger, Presiden Mahamadou Issoufou harus memecat kepala keamanannya ketika 89 tentara tewas. Jadi orang Nigeria bertanya mengapa Anda mempertahankan orang-orang ini," jelasnya kepada Aljazeera dari Lagos.
"Masalahnya di sini berkaitan dengan pemerintah saat ini tampaknya lebih menghargai loyalitas daripada profesionalisme," ujarnya.
Sebelumnya pada Minggu, Gubernur Borno, Babaganan Umara Zulum mengatakan kepada wartawan, sedikitnya 70 petani tewas dalam pembantaian tersebut. Dia menyampaikan hal ini saat berada di desa Zabarmari setelah menghadiri pemakaman 43 orang yang mayatnya ditemukan pada Sabtu.
Zulum mendesak pemerintah federal untuk merekrut lebih banyak tentara, anggota Satuan Tugas Gabungan Sipil dan pejuang pertahanan sipil untuk melindungi petani di wilayah tersebut. Dia menggambarkan warga dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit.
"Di satu sisi, mereka tinggal di rumah, mereka bisa mati kelaparan; di sisi lain, mereka pergi ke lahan pertanian mereka dan berisiko dibunuh oleh pemberontak," jelasnya.